Pemilu udah kelar tapi hebohnya Masha Allah sejak tahun - tahun kemarin sampai sekarang masih belum kelar juga. Beranda FB tiap hari penuh dengan berbagai macam tagar. #2019ganti presiden lah, #INAtitiktitikSOS lah, dll. Sampai pusing lihatnya. Tapi sejak tahun 2018 lalu, aku udah punya tagar sendiri loh, yaitu #2019gantirumah. hehe..
Sejak awal pernikahan sampai bulan Februari 2019 kemarin, aku dan suami tinggal di rumah milik kakakku di perumahan Japan Asri untuk memulai hidup mandiri. Kakakku punya 2 rumah jadi dia berbaik hati meminjamkan salah satu rumahnya untuk ditempati sampai aku mempunyai rejeki untuk membeli rumah. Tak mau berlama - lama terbuai dengan kenyamanan dan kebaikan kakakku, akhirnya kamipun membeli rumah di The Platinum Regency walaupun ssssstttt....secara kredit.
Sebenarnya membeli rumah secara KPR bukanlah cita - cita kami berdua. Dulu rencananya kami akan menabung untuk beli tanah, kemudian uang asuransi yang akan keluar dipergunakan untuk membangun rumah. Tapi apa daya, karena alasan ini dan itu kamipun terpaksa mengambil perumahan secara KPR. Merasa berdosa? Iya banget. Tapi yah mau bagaimana lagi. Harga rumah semakin lama semakin gila gilaan dan tidak sebanding dengan uang yang kita tabung.
Mengambil rumah secara KPR tidak membuat harga rumah menjadi terjangkau sih ya. Justru dengan KPR, angsuran yang kita cicil tiap bulan apabila dikalikan akan menjadi 2 kali lipat bahkan lebih dari harga rumah itu sendiri. Gile bener dah. Mungkin karena inilah, islam melarang yang namanya riba. Jadi, aku sudah cukup sampe sini pengalaman berhutangnya, kapok dah gak mau hutang lagi.
Balik lagi ke soal The Platinum Regency. Perumahan TPR itu letaknya di Lengkong, pinggiran Kota Mojokerto dan super dekat dengan pintu tol Sumo. Jarak TPR ke kantorku lumayan dekat dan dapat ditempuh dengan 10 menit berkendara. Jadi bye bye telat. hehe..
Karena gaji kami berdua tidak begitu banyak, kami mengambil tipe rumah yang paling kecil yaitu tipe 32. Ukuran tanahnya 10 x 14 meter dan berada di pojok. Enaknya rumah yang ada di pojok itu bisa punya 2 pintu. Jadi kalau portal jalan depan rumah sudah tutup, kita bisa lewat pintu samping. Minusnya adalah butuh biaya ekstra untuk membangun pagar yang mengelilingi rumah.
![]() |
Ini rumahku saat serah terima kunci. Mungil sekali kan? Papa lagi lihatin rumahku. hihi.. |
Model rumah di TPR standart saja sih seperti perumahan pada umumnya yaitu model modern minimalis. Mungkin karena rumahku tipe termurah jadi modelnya super duper minimalis dibanding tipe 36 dan 45 yang ada hiasan - hiasannya. hehe.. Oleh karena itu aku berinisiatif mengubah fasad rumah agar menjadi lebih menarik. Dana
yang kami miliki sangat terbatas, jadi kami harus pintar - pintar
menentukan denah, bentuk dan fasad agar dapat menekan pengeluaran
material. Oleh karena itu rumah bergaya Amerika menjadi pilihanku.
Rumah
bergaya Amerika adalah rumah impianku sejak masih gadis. Kesannya
klasik tetapi printilan - printilannya tidak lebay. Dan yang pasti gaya
amerika masih jarang dan Insha Allah modelnya long lasting alias tidak
terpengaruh dengan perkembangan model rumah yang tiap tahun selalu
ganti.
![]() |
American House yang menjadi salah satu inspirasiku |
Proses renovasi rumah berlangsung dramatis dan memakan waktu kurang lebih 3 bulan. Renovasi rumah benar - benar menguras banyak pikiran, tenaga dan pastinya uang. Selama renovasi, kami stop jajan di luar dan berfoya foya demi kelangsungan hidup proyek renovasi. Karena dananya terbatas dan kita tidak sanggup import tukang dari Amerika, akhirnya rumah bergaya Amerika Ala Mojokerto lah yang berhasil berdiri.hehe.. Tapi walaupun begitu aku sangat bersyukur karena cita - cita memiliki rumah sendiri telah terkabul walaupun sssstttt...ngutang.
![]() |
Rumahku setelah renovasi (mode malam hari) |
![]() |
Mode pagi hari |
Oke, aku tau apa yang ada dipikiran teman - teman yang membaca blog ini.
" Itu rumahnya enggak ada mirip - miripnya sama rumah bergaya Amerika "
" Itu gordennya nyolong gordennya bus ya kok warnanya ijo? "
" Itu tiangnya aneh banget deh "
Iyaaa.. I know. Aku juga berfikir seperti itu kok. hahaha..
Jadi, aku dan suami bukan seorang yang menggenggam golden spoon sejak lahir alias bukan orang kaya. Kami hanyalah buruh pabrik biasa dengan penghasilan yang biasa pula. Jadi gak bisa tuh simsalabim langsung jadi kayak rumahnya Natalie Sarah. Semua butuh proses dan Insha Allah aku dan suami akan menikmati semua proses itu. Itulah seninya renovasi rumah. Ada uang sisa ya bukan dibuat berfoya foya tetapi buat mengecat satu ruangan. Kalau ada uang sisa lagi untuk mengecat ruangan lainnya dan seterusnya sampai terbentuklah rumah impian yang didambakan. Hufttt.. Fighting..