Selasa, 05 November 2019

Pupus, Puspita dan Puspa Si Kucing Kampung dari Lengkong

Sejak kecil aku tidak pernah mempunyai hewan peliharan. Sebenarnya pengen sih, tapi orang tuaku melarang karena saat itu ibuku punya usaha katering. Tidak etis aja gitu kalo ada hewan yang seliweran kesana kemari saat emak - emak rempong sedang masak besar. Namun di umurku yang ke 31 ini aku mendadak punya 3 ekor kucing yang mengisi hari - hariku di rumah baru.

Jadi sejak bulan Februari 2019 lalu aku pindah ke Desa Lengkong. Di hari pertama aku disana, ada kucing garis - garis yang masuk ke rumahku. Aku kasih dia kerupuk udang, eh dia doyan. Dia suka sekali gosok - gosokin badan nya ke semua perabotan rumah maupun kakiku. Dan seiring berjalannya waktu ntah bagaimana ceritanya, aku sudah akrab saja dengan kucing garis - garis yang kuberi nama Pupus itu. 

Pupus selalu menemaniku tidur saat suamiku kerja shift malam. Saat itu tetanggaku masih jarang. Banyak rumah yang belum dihuni jadi agak serem juga sih cewek sendirian di rumah nunggu suaminya pulang kerja. Tapi berkat Pupus aku tidak sendirian lagi.

Hai namaku Pupus
Pupus lagi main dengan suamiku
Suatu hari Pupus menghilang. Seharian dia tidak pulang ke rumah dan tidak makan. Aku sangat khawatir, takut kalau dia tertabrak mobil atau diculik orang. Oke mungkin aku terlalu berlebihan. Kenapa orang harus repot - repot menculik kucing kampung yang doyan pindang?

Keesokan harinya Pupus pulang ke rumah dan sejak saat itu dia tidak seriang sebelumnya. Dulu dia suka sekali bermain kait jemuran dan kabel. Tapi sekarang dia hanya diam. Ah iya, Pupus ini tidak mengeong seperti kucing pada umumnya. Saat bersuara dia hanya mengeluarkan kata " eee eeee".

Dua bulan sejak kejadian menghilangnya Pupus berlalu. Perut Pupus semakin hari semakin membesar saja. Aku kira dia overdosis pindang karena nafsu makannya tinggi sekali akhir - akhir ini. Tapi ternyata aku salah. Suatu pagi aku dikejutkan oleh bercak darah dan suara anak kucing di kamar yang ditempati Pupus. Ternyata Pupus melahirkan tanpa sepengetahuanku dan tanpa dibantu siapa - siapa. Benar - benar kucing yang pandai.

Biasanya dalam sekali melahirkan, seekor kucing akan melahirkan 3-5 anak kucing. Tapi anehnya Pupus hanya melahirkan seekor anak kucing yang kemudian diberi nama Puspita oleh Suamiku.

Hai namaku Puspita umur 1 minggu


Puspita umur 2 bulan
Puspita kucing yang sangat lucu dan imut maksimal. Bibirnya separuh hitam (seperti ibunya) dan separuh merah (seperti bapaknya). Bulu disekitar matanya membentuk garis seolah dia sedang memakai kacamata. Aku dan suamiku sangat menyayanginya. Namun, Puspita hanya bersama kami selama 2,5 bulan. Di suatu pagi saat dia bermain dengan Pupus, seseorang mengambilnya dan sampai sekarang dia tidak kembali. 

Kami semua sangat kehilangan Puspita terutama Pupus. Dia mengoceh terus dan memasang muka sedih. Aku pun memasang pengumuman kucing hilang di pagar rumahku sambil berharap penculik Puspita segera mengembalikannya padaku. Tapi sampai sebulan dia pergi, dia tidak pernah kembali lagi ke rumahku. Aku sangat merindukan Puspita sampai terbawa mimpi.

Waktu berjalan, kenangan bersama Puspita perlahan pudar dan tanpa disadari ternyata Pupus telah berbadan dua. 

Pupus saat berbadan dua
Saat Pupus melahirkan untuk kedua kali, Aku dan Suamiku senang sekali karena anaknya Pupus mirip sekali dengan Puspita. Anak Pupus hanya satu dan Aku menamainya Puspa.


Hai namaku Puspa
Kami berjanji akan menjaga Puspa agar kejadian hilangnya Puspita tidak terjadi lagi. Pupus juga semakin protektif terhadap anaknya. Setiap kali Puspa berjalan mendekati pintu, Pupus akan menggigit Puspa dan menariknya ke dalam rumah.


Huaaahh..panjang juga cerita tentang dunia perkucingan ini. hehe..

Jumat, 23 Agustus 2019

#2019GANTIRUMAH

Pemilu udah kelar tapi hebohnya Masha Allah sejak tahun - tahun kemarin sampai sekarang masih belum kelar juga. Beranda FB tiap hari penuh dengan berbagai macam tagar. #2019ganti presiden lah, #INAtitiktitikSOS lah, dll. Sampai pusing lihatnya. Tapi sejak tahun 2018 lalu, aku udah punya tagar sendiri loh, yaitu #2019gantirumah. hehe..

Sejak awal pernikahan sampai bulan Februari 2019 kemarin, aku dan suami tinggal di rumah milik kakakku di perumahan Japan Asri untuk memulai hidup mandiri. Kakakku punya 2 rumah jadi dia berbaik hati meminjamkan salah satu rumahnya untuk ditempati sampai aku mempunyai rejeki untuk membeli rumah. Tak mau berlama - lama terbuai dengan kenyamanan dan kebaikan kakakku, akhirnya kamipun membeli rumah di The Platinum Regency walaupun ssssstttt....secara kredit.
 
Sebenarnya membeli rumah secara KPR bukanlah cita - cita kami berdua. Dulu rencananya kami akan menabung untuk beli tanah, kemudian uang asuransi yang akan keluar dipergunakan untuk membangun rumah. Tapi apa daya, karena alasan ini dan itu kamipun terpaksa mengambil perumahan secara KPR. Merasa berdosa? Iya banget. Tapi yah mau bagaimana lagi. Harga rumah semakin lama semakin gila gilaan dan tidak sebanding dengan uang yang kita tabung. 

Mengambil rumah secara KPR tidak membuat harga rumah menjadi terjangkau sih ya. Justru dengan KPR, angsuran yang kita cicil tiap bulan apabila dikalikan akan menjadi 2 kali lipat bahkan lebih dari harga rumah itu sendiri. Gile bener dah. Mungkin karena inilah, islam melarang yang namanya riba.  Jadi, aku sudah cukup sampe sini pengalaman berhutangnya, kapok dah gak mau hutang lagi.

Balik lagi ke soal The Platinum Regency. Perumahan TPR itu letaknya di Lengkong, pinggiran Kota Mojokerto dan super dekat dengan pintu tol Sumo. Jarak TPR ke kantorku lumayan dekat dan dapat ditempuh dengan 10 menit berkendara. Jadi bye bye telat. hehe..

Karena gaji kami berdua tidak begitu banyak, kami mengambil tipe rumah yang paling kecil yaitu tipe 32. Ukuran tanahnya 10 x 14 meter dan berada di pojok. Enaknya rumah yang ada di pojok itu bisa punya 2 pintu. Jadi kalau portal jalan depan rumah sudah tutup, kita bisa lewat pintu samping. Minusnya adalah butuh biaya ekstra untuk membangun pagar yang mengelilingi rumah.

Ini rumahku saat serah terima kunci. Mungil sekali kan? Papa lagi lihatin rumahku. hihi..

Model rumah di TPR standart saja sih seperti perumahan pada umumnya yaitu model modern minimalis. Mungkin karena rumahku tipe termurah jadi modelnya super duper minimalis dibanding tipe 36 dan 45 yang ada hiasan - hiasannya. hehe.. Oleh karena itu aku berinisiatif mengubah fasad rumah agar menjadi lebih menarik. Dana yang kami miliki sangat terbatas, jadi kami harus pintar - pintar menentukan denah, bentuk dan fasad agar dapat menekan pengeluaran material. Oleh karena itu rumah bergaya Amerika menjadi pilihanku.

Rumah bergaya Amerika adalah rumah impianku sejak masih gadis. Kesannya klasik tetapi printilan - printilannya tidak lebay. Dan yang pasti gaya amerika masih jarang dan Insha Allah modelnya long lasting alias tidak terpengaruh dengan perkembangan model rumah yang tiap tahun selalu ganti.

American House yang menjadi salah satu inspirasiku
Proses renovasi rumah berlangsung dramatis dan memakan waktu kurang lebih 3 bulan. Renovasi rumah benar - benar menguras banyak pikiran, tenaga dan pastinya uang. Selama renovasi, kami stop jajan di luar dan berfoya foya demi kelangsungan hidup proyek renovasi. Karena dananya terbatas dan kita tidak sanggup import tukang dari Amerika, akhirnya rumah bergaya Amerika Ala Mojokerto lah yang berhasil berdiri.hehe.. Tapi walaupun begitu aku sangat bersyukur karena cita - cita memiliki rumah sendiri telah terkabul walaupun sssstttt...ngutang.

Rumahku setelah renovasi (mode malam hari)
 
Mode pagi hari
Walaupun sudah ngos - ngosan mengeluarkan uang untuk biaya renovasi, tapi semua itu masih belum cukup gaesss. Rumahku masih 75% jadi dan itu belum dicat sama sekali, plafon belum diplamir, pintu belum dicat, hiasan ditengah tengah segitiga belum ada, pagar belum ada, taman apalagi? masih ditumbuhi rumput - rumput liar. Oh my gosh! Entah sampai kapan ini akan selesai. 

Oke, aku tau apa yang ada dipikiran teman - teman yang membaca blog ini. 
" Itu rumahnya enggak ada mirip - miripnya sama rumah bergaya Amerika "
" Itu gordennya nyolong gordennya bus ya kok warnanya ijo? "
" Itu tiangnya aneh banget deh "

Iyaaa.. I know. Aku juga berfikir seperti itu kok. hahaha..

Jadi, aku dan suami bukan seorang yang menggenggam golden spoon sejak lahir alias bukan orang kaya. Kami hanyalah buruh pabrik biasa dengan penghasilan yang biasa pula. Jadi gak bisa tuh simsalabim langsung jadi kayak rumahnya Natalie Sarah. Semua butuh proses dan Insha Allah aku dan suami akan menikmati semua proses itu. Itulah seninya renovasi rumah. Ada uang sisa ya bukan dibuat berfoya foya tetapi buat mengecat satu ruangan. Kalau ada uang sisa lagi untuk mengecat ruangan lainnya dan seterusnya sampai terbentuklah rumah impian yang didambakan. Hufttt.. Fighting..