Senin, 09 Juli 2018

Tulisan Random Tentang Udara Dingin di Bulan Juli, Sekolah dan Orang Tua

Pagi ini Mojokerto luar biasa dinginnya. Sama seperti tahun - tahun yang lalu, bisa dipastikan setiap Bulan Juli saat lagi heboh - hebohnya pendaftaran sekolah, udara di Mojokerto selalu terasa dingin, mengingatkanku pada 12 tahun yang lalu. Saat itu aku baru lulus SMA dan sedang galau - galau nya memilih jurusan. Salah satu kampus yang aku incar saat itu adalah STAN, dengan iming - iming kuliah gratis, ikatan dinas dan gaji fantastis. hahaha.. STAN tidak ada di Surabaya sih, adanya di Malang. Jadi kalau mau daftar ataupun tes masuk harus ke Malang dulu. Nah, dengan udara sedingin Bulan Juli, bisa dibayangkan betapa beratnya perjuangan Papaku untuk memboncengku pergi ke Malang yang super dingin. Aku masih ingat dinginnya udara pagi dan degup jantungku saat itu. Benar - benar perasaan yang sangat menyesakkan dada. Apalagi menerima kenyataan bahwa aku gagal masuk STAN. Hehehe..

Masa - masa sekolah memang sangat menyenangkan. Tidak ada beban hidup dan yang paling penting tidak ada fake friend. Tapi saat lulus SMA, langkah menuju keruwetan hidup sedikit demi sedikit mulai terlihat. Mulai dari galau lanjut kuliah atau bekerja, galau memilih universitas, galau memilih jurusan, galau LDR an sama pacar dan galau - galau lainnya. Apalagi punya tetangga yang kepo tanya - tanya mau kuliah dimana dan mulai bangga - banggain anaknya yang kuliah di universitas nganu. Aduh, malah tambah galau. Hehehe..

Misal aku diberi kesempatan kembali ke masa lalu dengan mesin waktu selama 1 minggu, mungkin aku akan memilih tahun 1995 dimana saat itu aku masih SD. Waktu itu uang sakuku hanya 500 perak bergambar orang utan. Tapi aku bisa membeli es wawan, lontong sayur, pentol dan ote - ote dengan uang segitu. Hidupku saat itu hanya berpusat pada sekolah, jajan, ngaji, dan main. Satu kata yang bisa menggambarkan keadaanku saat itu " BAHAGIA ". Dan yang paling penting dari itu semua adalah, di tahun 1995 kedua orang tua ku masih muda. Yep, waktu telah merengut usia mereka. Kadang saat aku melihat garis - garis keriput di wajah kedua orang tuaku sekarang, aku merasa baper akut. Apa sih yang sudah aku berikan untuk kedua orang tua ku saat ini? Haduh, sama sekali gak bisa dibandingkan dengan pengorbanan orang tuaku dalam membesarkan aku. Aku bahkan masih belum bisa menjadi apa yang orang tuaku inginkan. Sejak kecil sampai umur 30 tahun seperti sekarang, bagi mereka aku adalah gadis kecil mereka yang manja. Walau sudah berumah tangga sendiri, tapi ibuku tidak bosan - bosan nya menelponku untuk makan bersama di rumah sambil berkata bahwa beliau memasak masakan kesukaanku. Well, saat aku menulis ini ada ninja yang ngiris bawang depan komputerku, aku jadi mewek deh. hehehe...