Huaaaah...lama sekali sejak terakhir aku mengisi blog. Kerjaan di akhir tahun dan awal tahun baru lumayan membuatku susah nyolong internetan di kantor tidur dengan nyenyak. Ditambah lagi dengan acara berjualan bantal yang sedang aku lakonin saat ini, sesampai di rumah pasti langsung tepar. Kadang - kadang, aku bosan juga sih sama rutinitas yang cuma itu - itu saja. Semacam kayak playlist yang tiap hari diulang - ulang. Pasti lama - lama bosen juga kan? Nah, that's what I'm feeling..
Judul kali ini agak mendramatisir gitu ya? Panggung sandiwara? habis dengerin lagu nostalgia buk? Hehehe enggak juga sih, barusan malah dengerin lagunya Taylor Swift yang are you ready for it?. Jadi, beberapa hari yang lalu teman sekantorku di sela - sela ngerjakan kerjaannya dia tiba - tiba berkata " Dunia ini emang bener - bener panggung sandiwara ya mbak Nuke ". Nah, kata - kata temanku ini sampai sekarang masih terngiang di telingaku bagaikan lagu Terlena nya Ike Nurjannah. Kalau dipikir pikir perkataan temanku ada benernya juga ya, bener banget malah dan sesuai dengan realita jaman sekarang.
Zaman semakin maju, apa - apa semakin dipermudah. Dengan DP 0 rupiah saja, kita bisa bawa motor Yamaha langsung dari dealernya. Dengan hanya membawa KTP kita bisa pulang nenteng hp baru. Spanduk - spanduk seperti itu banyak berseliweran di jalan kota Mojokerto. Hasilnya, jualan hp udah kayak jualan kacang goreng aja. Sepeda motor yang wira - wiri di jalan juga keluaran edisi terbaru semua. Mobil - mobil pun mulai memadati ruas jalan kotaku tercinta yang dulu sepi - sepi saja.
Pernah gak sih terfikir kenapa kita harus pake hp keluaran terbaru padahal yang lama masih baik - baik saja? Kenapa harus pake motor sport yang definitely gak nyaman untuk boncengan, boros dan berknalpot bising? Penting gak sih punya mobil bagi keluarga yang mobilitasnya rendah? Jawabannya satu, untuk G E N G S I.
Yup, sejak ada sosial media, semua peristiwa serasa penting untuk dipublikasikan. Semua orang seperti berlomba - lomba untuk tampil WOW di sosmed. Entah untuk mengoleksi like, berharap komentar atau sekedar pengen dipuji. Yah, walaupun gak semua orang seperti itu sih. Berbagai cara dilakukan demi bisa eksis di dunia maya. Gak peduli modal ngutang sana sini, nilep temennya sendiri sampai antri berjam - jam hanya untuk beli sesuatu yang kekinian.
Gak jarang kita melihat banyak teman yang upload foto segepok uang yang barusan dia terima ( sumpah ini alay banget deh ), kendaraan yang barusan dia beli, makanan mewah yang barusan dia makan dan barang - barang kekinian yang barusan dia beli. Masih inget di benak kita fenomena kue pablo, es krim korea, bahkan breadtalk dan banyak benda - benda kekinian lainnya yang dulu antriannya udah kayak antrian daftar masuk STAN, sekarang biasa aja dan gak antri. Semuanya seperti berlomba - lomba untuk jadi yang pertama upload di sosmed untuk mendapat gelar "kekinian".
Demi apa coba? Demi like dan komentar? Apakah like dan komentar bisa diuangkan? atau bisa ditukar dengan pahala di akhirat nanti? Lagipula, yakin orang - orang yang ngelike dan kasih komentar benar - benar suka dengan progress kita? Ini dunia maya men, semuanya penuh dengan kepalsuan. Bisa jadi mereka yang menyanjung kita di dunia maya justru tidak suka dan nyinyir dengan apa yang kita lakukan. Ditambah lagi, cobalah fikirkan perasaan teman kita yang kurang mampu saat melihat kemewahan yang dipamerkan di sosmed. Bukankah riya' itu berdosa? Belum lagi kalau ternyata kemewahan yang terlihat di sosmed adalah hasil berhutang yang mengandung riba. Waduh, bisa dobel - dobel tuh dosanya. Hehehe..
Ini sebagai self reminder buat saya pribadi juga sih supaya bisa hidup apa adanya. Alhamdulillah sejak menikah, sudah gak pernah lagi buang - buang uang untuk hal yang tidak penting. Pernah juga disuruh ortuku untuk berhutang mobil biar "disawang" sama tetangga dan teman - teman. Helooow??? Hanya untuk "disawang" harus keluarin uang puluhan juta dan harus ngeriba? Mending naik motor aja deh. Gak pake nyicil, lebih semriwing kena angin dan gak boros. Bodo amat mau "disawang" atau enggak. Kadang - kadang saran orang tua juga bisa salah juga. Yah, namanya juga manusia.
Gak jarang kita melihat banyak teman yang upload foto segepok uang yang barusan dia terima ( sumpah ini alay banget deh ), kendaraan yang barusan dia beli, makanan mewah yang barusan dia makan dan barang - barang kekinian yang barusan dia beli. Masih inget di benak kita fenomena kue pablo, es krim korea, bahkan breadtalk dan banyak benda - benda kekinian lainnya yang dulu antriannya udah kayak antrian daftar masuk STAN, sekarang biasa aja dan gak antri. Semuanya seperti berlomba - lomba untuk jadi yang pertama upload di sosmed untuk mendapat gelar "kekinian".
Demi apa coba? Demi like dan komentar? Apakah like dan komentar bisa diuangkan? atau bisa ditukar dengan pahala di akhirat nanti? Lagipula, yakin orang - orang yang ngelike dan kasih komentar benar - benar suka dengan progress kita? Ini dunia maya men, semuanya penuh dengan kepalsuan. Bisa jadi mereka yang menyanjung kita di dunia maya justru tidak suka dan nyinyir dengan apa yang kita lakukan. Ditambah lagi, cobalah fikirkan perasaan teman kita yang kurang mampu saat melihat kemewahan yang dipamerkan di sosmed. Bukankah riya' itu berdosa? Belum lagi kalau ternyata kemewahan yang terlihat di sosmed adalah hasil berhutang yang mengandung riba. Waduh, bisa dobel - dobel tuh dosanya. Hehehe..
Ini sebagai self reminder buat saya pribadi juga sih supaya bisa hidup apa adanya. Alhamdulillah sejak menikah, sudah gak pernah lagi buang - buang uang untuk hal yang tidak penting. Pernah juga disuruh ortuku untuk berhutang mobil biar "disawang" sama tetangga dan teman - teman. Helooow??? Hanya untuk "disawang" harus keluarin uang puluhan juta dan harus ngeriba? Mending naik motor aja deh. Gak pake nyicil, lebih semriwing kena angin dan gak boros. Bodo amat mau "disawang" atau enggak. Kadang - kadang saran orang tua juga bisa salah juga. Yah, namanya juga manusia.